DAMPAK PENERAPAN IFRS DI BEBERAPA
NEGARA
Saat
ini sudah banyak negara yang mengadaptasi IFRS sebagai pedoman dalam pelaporan
keuangan. Bahkan ada negara-negara yang telah mengadopsi penuh yaitu menerjemah
IFRS sebagai standar akuntansi di negaranya. Uni Eropa, Hongkong, Australia,
Malaysia, dan Singapura adalah beberapa negara yang telah mengadopsi IFRS.
Untuk dapat menarik investor asing, Indonesia sebagai bagian dari dunia
internasional, mau tidak mau harus mengikuti perubahan tersebut. Dengan
mengikuti IFRS, berarti laporan keuangan akuntansi Indonesia telah menggunakan
bahasa global sehingga mudah dipahami oleh pasar global. Perusahaan di
Indonesia akan lebih mudah dalam melakukan transaksi lintas negara termasuk
merger dan akuisisi.
Perkembangan
standar akuntansi internasional yang seragam merupakan fenomena baru dan
perkembangan standar yang seragam ini pun masih dalam tahap infancy. Sebagai
contoh, Uni Eropa tidak mewajibkan penggunaan IFRS untuk perusahaan publik
meraka sampai dengan tahun 2005. Hasilnya, masih relatif sedikit data yang
mengungkapkan konsekuensi ekonomi dari kewajiban adopsi/penggunaan IFRS. Dengan
diterapkannya IFRS dibeberapa negara, pasti ada dampak yang timbul pada negara
tersebut.
Armstrong, Barth, Jagonlizer dan Riedl (2007)
menguji reaksi di pasar modal di Eropa setelah penerapan IFRS mulai tahun 2005
di negara-negara Uni Eropa. Adopsi IFRS di Uni Eropa merupakan perubahan
fundamental terhadap laporan keuangan dan menimbulkan kontroversi dan perdebatan
yang sampai ke petinggi-petinggi pemerintahan. Hal-hal yang menjadi kontroversi
dan perdebatan adalah yang berkenaan dengan manfaat versus biaya dari
pengadopsian IFRS dan implikasi apabila konvergensi IFRS dimodifikasi di
standar akuntansi lokal. Armstrong et. all. (2009) lebih tepatnya ingin
meneliti reaksi pasar modal Eropa terhadap modifikasi konvergensi IFRS di
negara Eropa.
Penelitian mereka bermula dari hipotesis investor bereaksi secara positif
terhadap penerapan IFRS apabila investor mempunyai ekspektasi aplikasi IFRS
akan menghasilkan kualitas informasi laporan keuangan, yang menurunkan asimetri
informasi antara perusahaan dan investor dan risiko informasi dan biaya modal.
Investor juga percaya penerapan IFRS memiliki banyak manfaat seperti menurunkan
biaya untuk membandingkan laporan keuangan satu perusahaan dengan yang lain
yang akan mendorong pasar modal Eropa yang lebih kompetitif secara global. Di
sisi lain, dimungkinkan investor di Eropa bereaksi negatif terhadap adopsi IFRS
apabila perusahaan, yang menerapkan IFRS, menghasilkan laporan keuangan yang
memiliki kualitas yang lebih rendah. Sebagai contoh IFRS tidak secara cukup
mencerminkan perbedaan-perbedaan regional yang menyebabkan perbedaan dalam
standar akuntansilokal.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa pasar akan bereaksi
positif untuk perusahaan-perusahaan yang mempunyai kualitas informasi yang
tinggi setelah penerapan IFRS, sesuai dengan harapan investor akan manfaat dari
penerapan IFRS untuk mengurangi asimetri dalam informasi.
Cuijpers dan Buijink (2005) menggunakan
estimasi biaya modal implikasian (implied cost of capital estimates) dan tidak
menemukan perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang menggunakan standar
lokal dengan IFRS di negara-negara Uni Eropa. Daske (2006) menguji adopsi IFRS
secara sukarela oleh perusahaan-perusahaan Jerman dan menemukan bahwa
perusahaan-perusahaan IFRS menunjukkan biaya modal ekuitas lebih tinggi
daripada perusahaan-perusahaan dengan standar akuntansi Jerman. Daske, Hail,
Leuz, and Verdi (2007a) menunjukkan bahwa perusahaan dengan komitmen “serius”
untuk mengadopsi IFRS mempunyai biaya modal lebih tinggi manfaat biaya modal
dan likuiditas pasar dibandingkan dengan perusahaan yang secara sederhana
mengadopsi IFRS hanya sebagai “label”.
Platikanova (2007) menguji ukuran likuiditas pasar pada perusahaan-perusahaan
di empat negara Eropa. Selain menemukan perubahan heterogen dalam ukuran
likuiditas di empat negara setelah adopsi IFRS, Platikanova (2007) juga menemukan
bahwa secara penurunan secara keseluruhan dalam perbedaan likuiditas antar
negara setelah adopsi IFRS. Daske, Hail, Leuz and Verdi (2007b) juga menguji
dampak adopsi IFRS di 26 negara terhadap likuiditas pasar, biaya modal ekuitas
dan Tobin’s Q. Mereka menemukan bahwa, secara rata-rata, likuiditas pasar dan
penilaian ekuitas meningkat di sekitar pengenalan adopsi mandatory IFRS di
negara-negara yang mereka uji. Namun, keunggulan dan manfaat pasar ini hanya
ada di negara-negara dengan rezim strict enforcement dan lingkungan
institusioal yang menyediakan insentif pelaporan yang kuat. Menariknya, mereka
menemukan bahwa dampak pasar modal setelah adopsi wajib IFRS adalah lebih
pronounced untuk perusahaan-perusahaan yang pada awalnya secara sukarela
(voluntarily) beralih ke IFRS sebelum menjadi diwajibkan.
Di
Indonesia sendiri, implementasi IFRS dapat memberikan dampak dalam dunia bisnis
dan jasa audit di Indonesia. Berikut ini adalah berbagai dampak dalam penerapan
IFRS :
1. Akses
ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan
lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
2. Relevansi
laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar.
3. Kinerja
keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga
fluktuatif.
4. Smoothing
income menjadi semakin sulit dengan penggunaan balance sheet approach dan fair
value.
5. Principle-based
standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit menurun
yakni bila penggunaan professional judgment ditumpangi dengan kepentingan untuk
mengatur laba (earning management).
6. Penggunaan
off balance sheet semakin terbatas.
Konvergensi ke IFRS ke dalam standar akuntansi di tingkat lokal mempunyai
tanggapan yang beragam di negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, yang pada
umumnya menerima pengadopsian IFRS sebagai standar akuntansi lokal. Penerapan
IFRS menimbulkan kesulitan dan ketidakpraktisan dalam penerapannya, terutama
dalam masalah penentuan fair value terhadap penilaian suatu aset dan kewajiban.
Dan dampak penerapan IFRS bagi perusahaan di beberapa negara sangat beragam
tergantung jenis industri, jenis transaksi, elemen laporan keuangan yang
dimiliki, dan juga pilihan kebijakan akuntansi. Ada yang perubahannya besar
sampai harus melakukan perubahan sistem operasi dan bisnis perusahaan, namun
ada juga perubahan tersebut hanya terkait dengan prosedur akuntansi.
Indonesia
telah mengadopsi IFRS secara penuh pada Januari 2010. Dengan mengadopsi penuh
IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak memerlukan
rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Namun,
perubahan tersebut tentu saja akan memberikan efek di berbagai bidang, terutama
dari segi pendidikan dan bisnis.
Dampak
pengadopsian IFRS untuk bidang pendidikan antara lain :
1.
Perubahan mind stream dari rule based ke principle based.
2.
Banyak menggunakan professional judgement.
3.
Banyak menggunakan fair value accounting.
4.
IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS
dapat berbeda dengan IFRS lain.
5.
Semakin meningkatnya ketergantungan ke profesi lain
6.
Perubahan text book dari US GAPP ke IFRS.
Bagi perusahaan, IFRS
menimbulkan dampak positif dan negatif. Berikut ini adalah berbagai dampak yang
ditimbulkan :
1.
Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan
keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
2.
Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak
menggunakan nilai wajar.
3.
Di sisi lain, kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih
fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif.
4.
Principle based standards mungkin menyebabkan keterbandingan
laporan keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgement
ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management)
5.
Penggunaan of balance sheet semakin terbatas
Dampak penerapan IFRS bagi perusahaan sangat
beragam tergantung jenis industry, jenis transaksi, elemen laporan keuangan
yang dimiliki dan juga pilihan kebijakan akuntansi. Perusahaan perbankan,
termasuk perusahaan yang memiliki dampak perubahan cukup banyak. Perubahan tidak
hanya dilakukan pada tingkat perusahaan, namun perlu juga ada perubahan Bank
Indonesia, contohnya tentang penyisihan atas kredit yang disalurkan.
DAFTAR PUSTAKA